Wednesday 26 May 2021

Resensi Novel Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti

        Hai, Sobat Dunia Kampus! Untuk blog kali ini saya membuat resensi dari salah satu karya sastra berupa novel yang pernah saya baca yaitu novel Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti karya seorang penulis bernama Winna Efendi.


Gambar 1. Cover novel
(sumber: www.goodreads.com)

      Judul               : Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti

      Penulis            : Winna Efendi

      Penerbit          : Gagas Media

     Tahun terbit     : 2009

     Tebal buku       : vi + 282 hlm.

        Novel yang berlatar di Jepang ini bercerita tentang dua orang yang bersahabat sejak kecil, mereka adalah Ai dan Sei. Mereka sejak kecil sudah saling mengenal karena rumah mereka yang bersebelahan. Rumah Sei adalah restoran tradisional dan Rumah Ai adalah tempat pemandian umum. Mereka selalu pergi bersama kemanapun bahkan Sei lebih dengan dengan Ai daripada dengan kakaknya sendiri, Risa. Saat mereka sudah SMA, suatu hari ada seorang pemuda dari luar desa itu, ia bernama Shin. Shin adalah pemuda sebaya dengan Ai dan Sei yang bergaya seperti anak muda Tokyo yang merupakan kota asalnya. Ai, Sei, dan Shin pun bertemu dan saling berkenalan saat Shin datang mengunjungi restoran keluarga Sei. Lambat laun, mereka semakin akrab dan Shin mengajarkan Ai serta Sei mengenai hal-hal yang asing di desa itu, seperti internet, website, email, dll. Shin pun bersekolah di SMA yang sama dengan Ai dan Sei, bahkan ketika memutuskan untuk berkuliah dimana mereka memilih universitas yang sama yaitu Universitas Todai di Tokyo. Saat pindah ke Tokyo, mereka menyewa satu kamar apartemen sederhana untuk ditempati bersama. Mereka seperti tidak bisa terpisahkan.

         Ai, Shin dan Sei bekerja paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan selama di Tokyo. Ai bekerja sebagai seorang penyiar radio, Shin bekerja di sebuah toko compact disk atau CD, dan Sei bekerja di sebuah restoran. Ketika awal bulan April, ada kegiatan yang rutin dilakukan oleh masyarakat Jepang yaitu Hanami yang merupakan pesta untuk menikmati bunga sakura yang sedang bermekaran. Ai, Sei, dan Shin pun mengadakan piknik di sebuah taman yang ramai dikunjungi oleh para perempuan yang mengenakan kimono warna-warni dan musik tradisional yang terdengar keras dari speaker portable yang ada di beberapa sudut taman itu. Ketika itu Sei mengajak Natsu yang merupakan rekan kerjanya di restoran untuk bergabung bersama mereka. Beberapa waktu terakhir memang hubungan Sei dan Natsu semakin dekat bahkan ketika mereka sedang berbincang berdua, Natsu menyampaikan perasaannya pada Sei bahwa ia menaruh hati pada Sei.


Gambar 2. Winna Efendi
(sumber: www.buku-otobiografi.blogspot.com)

       Beberapa hari setelah Hanami, Shin merencanakan kejutan untuk Ai dan hal ini membuat Sei penasaran dengan apa yang direncanakan Shin. Shin berkata pada Sei untuk datang ke Tokyo Tower malam itu jika ingin mengetahui rencananya. Sei pun datang dan ia terkejut karena melihat dari kejauhan Shin sedang berlutut di hadapan Ai sembari mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan mengatakan sesuatu. Seketika tampak ekspresi terkejut dari wajah Ai lalu ia menangis sambil tersenyum haru. Tak lama kemudian masih di posisi yang sama, Shin memasangkan cincin ke jari manis Ai.
    Setelah peristiwa malam itu, Sei memutuskan untuk pindah karena ia tidak ingin mengganggu Ai dan Shin. Ai awalnya tidak setuju dengan keputusan Sei tetapi setelah Shin berusaha menjelaskan barulah Ai perlahan menyetujuinya. Beberapa hari setelah itu saat Sei berkemas untuk kepindahannya, polisi menelepon dan mengatakan bahwa Shin mengalami kecelakaan dan dibawa ke rumah sakit. Namun saat Sei dan Ai tiba, Shin sudah tiada.
      Kelebihan dari novel ini adalah desain sampul yang menarik, di dalam novel memuat informasi mengenai beberapa istilah dalam Bahasa Jepang, dan penggunaan kata yang mudah untuk dipahami. Kekurangan dari novel ini hanya memiliki akhir cerita yang kurang tegas sehingga saya sebagai pembaca sulit mengambil kesimpulan bagaimana akhir dari cerita ini.
      Demikian resensi yang saya buat berdasarkan apa yang saya dapatkan setelah membaca novel ini. Mohon maaf karena di blog kali ini tidak memuat selipan seni sastra karya saya sendiri karena resensi ini sudah berhubungan dengan salah satu karya sastra milik orang lain yaitu penulis bernama Winna Efendi. Jika ada yang memiliki saran atau kritik untuk resensi yang saya buat kali ini, diperbolehkan berpendapat. Asalkan tetap sopan dan santun dalam menyampaikannya ya. 

Terimakasih.

No comments:

Post a Comment

Menyapa dan Bercerita Sedikit pada Selinitra

Hai, sudah lama tempat ini tak disinggahi. Kalau kata orang-orang, "sudah berdebu, banyak sarang laba-labanya" Berbagai tulisan se...