Wednesday 26 May 2021

Resensi Cerpen Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir

         Hai, Sobat Dunia Kampus! Untuk blog kali ini saya membuat resensi dari salah satu karya sastra berupa cerpen yang pernah saya baca yaitu cerpen Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir karya seorang penyair bernama Sapardi Djoko Damono.

  • Judul    : Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir
  • Penulis : Sapardi Djoko Damono
  • Tahun   : 9 Februari 2014
      Cerita yang berjudul Wawancara itu Menunggu Pengadilan Terakhir adalah salah satu cerpen seorang penyair yang lahir di Ngadijayan, Solo, yaitu Sapardi Djoko Damono. Ia dikenal melalui berbagai puisi yang ia buat dan puisinya tersebut sangat populer, baik dikalangan sastrawan maupun khalayak umum. Selain puisi, ia membuat berbagai cerpen lain seperti Dalam Tugas, Naik Ka-Er-El, dan cerpen ini sendiri yaitu Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir. Sapardi Djoko Damono telah banyak menerima penghargaan atas berbagai karya sastranya, seperti SEA Write Award dan The Achmad Bakrie Award.
      Cerpen ini mengangkat topik mengenai seorang wartawan yang meninggal lalu mewawancara seseorang di alam kematian. Cerpen ini termasuk cerpen fantasi karena menceritakan suatu hal yang tidak mungkin kita ketahui sebelum kita sendiri meninggal dengan adanya tokoh seperti malaikat. Cerpen ini sama dengan cerpen karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Dalam Tugas yang membahas mengenai profesi di bidang jurnalistik.
            Cerpen ini bercerita tentang seorang wartawan yang meninggal karena tertabrak angkot saat sedang naik sepeda motor menuju rumah sakit untuk menjenguk temannya yang sedang koma. Saat sudah berada di alam yang berbeda dengan manusia yang masih hidup, wartawan itu mengantri untuk menuju ke Pengadilan Terakhir. Ia tampak kebingungan saat melihat ada begitu banyak orang mati. Ia pun bertemu dengan seorang malaikat dan ia pun bertanya pada malaikat itu mengenai kakeknya. Malaikat itu ternyata mengetahui siapa wartawan itu dan juga tujuannya. Ia kemudian diantar oleh malaikat itu ke tempat kakeknya berada tetapi ia malah menjadi kikuk. Ia pun mendekati kakeknya berada dan mulai melakukan wawancara dengan kakeknya.

Gambar 1. Sapardi Djoko Damono
(sumber: www.anchor.fm/mu-su-ma/)

             Cerpen ini menggunakan kata-kata yang biasa muncul dalam kehidupan sehari-hari, tetapi isi dari cerita ini membutuhkan daya imajinasi saat membacanya karena jika kita tidak bisa mengimajinasikan maka akan sulit memahami maksud cerita ini. Cerpen ini pun memiliki alur cerita yang menarik untuk dibaca. 
         Cerpen Wartawan itu Menunggu Pengadilan Terakhir sedikit tidak cocok untuk dibaca khalayak luas karena adanya pemikiran dewasa dan penuh imajinasi. Cerpen ini pun membutuhkan waktu untuk dapat benar-benar dipahami sedangkan banyak orang yang tidak suka membaca berulang kali agar memahami suatu cerita.
           Demikian resensi yang saya buat berdasarkan apa yang saya dapatkan setelah membaca cerpen ini. Mohon maaf karena di blog kali ini sama seperti blog sebelumnya yaitu tidak memuat selipan seni sastra karya saya sendiri karena resensi ini sudah berhubungan dengan salah satu karya sastra milik orang lain yaitu penyair bernama Sapardi Djoko Damono. Jika ada yang memiliki saran atau kritik untuk resensi yang saya buat kali ini, diperbolehkan berpendapat. Asalkan tetap sopan dan santun dalam menyampaikannya ya.
            Terimakasih.



      Sumber referensi:

No comments:

Post a Comment

Menyapa dan Bercerita Sedikit pada Selinitra

Hai, sudah lama tempat ini tak disinggahi. Kalau kata orang-orang, "sudah berdebu, banyak sarang laba-labanya" Berbagai tulisan se...